Mengelola Pramuka yang Independen dan Lintas Partai
ARTIKEL DIPUBLIKASIKAN PADA 21 SEPTEMBER 2010
oleh : Dr. Ir Hetifah Sjaifudian, MPP
Peran parlemen pada masalah kepramukaan
di Jepang maupun Korea ternyata sngat baik. Mereka tidak sekadar membuat
Undang-Undang (UU), tetapi secara aktif turut mendukung dalam
aktivitas. Bahkan saking mendukung, di dua negara tersebut membentuk
kaukus dan tergabung dalam sebuah asosiasi parlemen internasional untuk
kepramukaan.
Anggota parlemen juga membuktikan diri
peduli pada gerakan kepramukaan. Misal jumlah anggota parlemen di Korea
ada sekitar 200-an orang. Dari jumlah itu, ada sekitar 170-an anggota
yang secara sukarela mendaftar jadi anggota Pramuka. Setelah mendaftar,
tentu bukan sekadar pasang nama, tetapi mereka pun turut serta mengikuti
kegiatan-kegiatan. Salah satu yang menarik adalah membuat semacam
jamboree di sekitar gedung DPR di Jepang atau Korea.
“Jadi ada dukungan bukan dalam bentuk
uang, tetapi moral,” ujar anggota DPR RI Komisi X Dr. Ir Hetifah
Sjaifudian, MPP yang kini sibuk menyusun Rancangan Undang-Undang (RUU)
kepramukaan ini.
Baik di Jepang maupun di Korea, gerakan
kepramukaan memang sangat diwarnai oleh kultur. Misalnya di Jepang. Kita
mengenal istilah bushido, yakni berani dan cinta tanah air. Jadi para
anggota Pramuka benar-benar ditanam nilai-nilai sesuai semangat bushido
yang berani dan cinta tanah air itu. Bukan sekadar lyp service dengan menguncap janji selama aktivitas, tetapi di luar aktivitas janji tersebut hilang.
Kegiatan Pramuka juga dibuat sedemikian rupa, sehingga anggotanya benar-benar IT minded dan update dengan life style yang
ada di lingkungan mereka. Sebab, di dua negara itu Pramuka dijadikan
semacam alternatif bagi anak-anak muda. Pramuka tidak dibuat sebagai
organisasi jadul. Dengan IT minded atau update pada lifestyle,
anak-anak muda yang masuk menjadi anggota bisa bangga. Jangan heran
jika melihat anggota Pramuka di Jepang atau Korea yang rambut mereka
dicat warna-warni. Kostum pun mengikuti trend mode zaman sekarang.
Intinya, life style anggota benar-benar update.
Sebenarnya dahulu pemerintah Jepang dan
Korea mengalami masalah yang sama dengan Indonesia, yakni soal
menjadikan Pramuka sebagai organisasi yang mencetak generasi bangsa yang
berkarakter nasionalis. Namun nampaknya kedua negara ini sudah bisa
mengelola Pramuka secara profesional, sehingga masaah gerakan pramuka
sebagai alternatif pendidikan karakter generasi penerus (istilah Jepang
da Korea generasi penerus, sementara kita generasi bangsa), sudah bisa
diselesaikan.
Soal struktur kepramukaan, di Jepang
maupun Korea ada berbagai basis. Ada yang berbasis ke komunitas,
kewilayahan, apa pula yang berbasis sekolah. Kalau di Indonesia
kebanyakan hanya berbasis sekolah. Pramuka di RT atau di RW malah tidak
ada. Padahal membangun pramuka dengan basis kewilayahan atau komunitas
itu juga penting, bukan cuma di sekolah.
“Jadi Pramuka benar-benar sudah masuk ke
organisasi masyarakat yang berada di tingkat yang paling kecil, seperti
wilayah dan komunitas itu,” jelas Hetifah. “Benar-benar mandiri
pengelolaannya.”
Bahkan, lanjut Hetifah, orang yang punya
jabatan publik dilarang untuk menjadi pengurus di pramuka. Bukan
dilarang bergabung menjadi anggota, tetapi menjadi pengurus. Kenapa?
Sebab di Jepang dan Korea, mereka yang sudah menjadi pejabat publik
harus fokus melakukan pekerjaan sebagai pejabat publik. Begitu pula di
dalam Pramuka. Agar Pramuka independent dan juga dikelola dengan baik,
maka pengurus pramuka benar-benar harus fokus mengurus pramuka. Pramuka
tidak sekadar dijadikan oraganisasi iseng-iseng.
“Istilahnya tidak boleh merangkap jabatan
jika ingin menjadi pengurus Pramuka,” tegas perempuan yang sejak SD
sampai SMP ini aktif dalam Pramuka.
Soal independensi ini, Pramuka di Jepang
dan Korea tidak mengandalkan Angaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
sebagaimana di Indonesia. Di Jepang dan Korea menjadikan Pramuka semacam
korporasi yang dikelola secara professional. Percaya atau tidak,
pengelolaan Pramuka ini mirip dengan perusahaan Hollywood yang menjual
item-itemmarchendising ketika ada film yang sedang beredar. Ada
boneka Pramuka dengan pakaian aneka rupa seperti kalau kita membeli
tokoh-tokoh kartun Toy Story. Seru bukan? Khusus untuk merchandizing ini, mereka sampai punya katalog. Silahkan klik http://www.scout-store.com di situ banyak merchandising yang menarik dan dijual.
Pramuka juga memiliki gedung, dimana
gedung tersebut disewakan. Ada juga unit-unit usaha, dimana beberapa
pengurus digaji di unit usaha tersebut. Aktivitas tersebut jelas membuat
Pramuka kreatif dan pengelolaan dana sangat independen tapi
akuntabilitasnya tetap bisa dipertanggungjawabkan. Intinya, Pramuka di
Jepang dan Korea dibuat sebagai organiasi yang menghasilkan dan mandiri.
Tentu, selain dana tersebut, tentu saja ada dana dari iuran para
anggota.
“Ketika membuat kegiatan seperti Jambore,
Pramuka tetap bisa meminta dana dari pemerintah. Mereka harus membuat
proposal terlebih dahulu, bukan otomatis mendapat dana dari APBN seperti
di sini. Dana yang didapat dari pemerintah itu pun tidak lebih dari
30%, kok.”
Organisasi kepramukaan di Korea berada di bawah Gender Equality dan Family Walfare Departemen.
Sebab, pemerintah Korea melihat Pramuka adalah sebagai organisasi yang
bisa mencetak generasi penerus bangsa, dimana individu-individunya tentu
saja berasal dari keluarga. Pramuka dianggap sangat penting, bukan
sekadar organisasi biasa. Itulah mengapa Indonesia perlu mencontoh dua
negara Asia ini.
Di Jepang, ada tingkatan kepramukaan, yakni Brownie, Junior, Senior, Ranger. Masing-masing tingkatan memakai kata Branch di belakang tingkatan tersebut. Brownie Branch atauRanger Branch, misalnya. Brownie berada di grade 1-3. Usia anggotanya antara 6-8 tahun. Aktivitas di grade ini semuanya fun.
Yang menarik adalah diajarkan bagaimana membantu orangtua di rumah.
Bukan sekadar belajar tali temali, tetapi membantu keluarga di rumah.
Lain lagi ketika menginjak di grade 4-6, dimana sudah masuk ke Junior Branch.
Anggota yang berusia antara 9 sampai11 tahun ini baru diajarkan
berkordinasi dengan orang lain. Ada manajemen mengelola pekerjaan yang
sederhana, termasuk menjalankan corporate social responsibility. Lalu di grade 12 sampai 14, dimana sudah masuk ke Senior Branch, para anggota mulai diajarkan memilih program dan men-develop skill mereka agar bisa menjadi skill yang berguna dalam dunia kerja.
Grade terakhir adalah anggota yang berusia 15 sampai 17 tahun, dimana mereka melakukan prakter kerja lapangan. Jadi skill yang mereka sudah develop di gradesebelumnya dipraktekkan, sehingga mereka memiliki pengalaman yang berharga untuk dirinya, keluarga, maupun bangsa.
Di Korea, saking independen dan
pengelolaan dananya tidak sekadar bergantung pada APBN, di organisasi
kepramukaan negara ini bisa memberikan beasiswa bagi anggotanya. Belum
lama ini lebih dari 5,000 Pramuka muda mendapatkan beasiswa yang bernamaScout Scholarship Award. Beasiswa tersebut diserahkan oleh President of Korea Scout Association Kang Young Joong.
Menangani kepramukaan memang bukan
sekadar pekerjaan satu Komisi atau Departemen di pemerintah saja. Bukan
cuma Komisi X atau Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), tetapi
lintas Komisi maupun Departemen. Sebab, Pramuka bukan sekadar organisasi
biasa. Dalam aktivitas kepramukaan bisa menyangkut banyak hal.
Pelestarian lingkungan atau menyelamatkan cagar budaya, misalnya. Jelas
jika aktivitas ini menyangkut juga dengan Kementrian Lingkungan Hidup
(KLH) maupun Komisi yang mengurusi masalah lingkungan.
Pengelolaan dengan lintas Komisi ini
membuat keterlibatan parlemen dalam kepramukaan ini jadi vital. Saat ini
Indonesia belum masuk ke dalam asosiasi parlemen untuk kepramukaan
internasional. Padahal di dalam asosiasi ini diajarkan bagaimana peran
parlemen untuk mendukung gerakan Pramuka.
“Jadi apa yang saya pelajari mengelola
Pramuka bukan sekadar Komisi X atau Kementerian Pemuda dan Olahraga,”
papar Hetifah. “Itu kalau Pramuka benar-benar ingin dijadikan sebagai
organisasi untuk mencetak generasi penerus yang memiliki karakter
bangsa, semangat nasionalisme, jiwa enterpreunership yang baik, lho.”
sumber : http://hetifah.com/artikel/mengelola-pramuka-yang-independen-dan-lintas-partai.html
EmoticonEmoticon